contoh proposal penelitian akuntansi

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1Latar Belakang

Perusahaan dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit, yang terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan dan melaksanakan operasinya dengan stabil serta dapat menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat pada umumnya mengukur keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode Juliana dan Sulardi  dalam Oktanto (2014:60).

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. Para pelaku bisnis dan pemerintah dalam pengambilan keputusan ekonomi membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja perusahaan. Dari laporan keuangan, perusahaan dapat memperoleh informasi tentang performance (kinerja) perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi yang lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat diperlukan untuk memahami informasi laporan keuangan. Laporan laba-rugi, yang didalamnya tercantum laba atau rugi yang dialami oleh perusahaan merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode akuntansi tertentu sedangkan neraca mencantumkan sumber daya perusahaan.

Masyarakat luas pada dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laporan laba-rugi merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, maupun operasinya selama beberapa periode sebelumnya, sehingga laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi masa depan.

Laporan keuangan harus dianalisis untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Analisis rasio digunakan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan khususnya mencurahkan perhatian pada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi kondisi finansial masa lalu, sekarang, dan memproyeksikan hasil atau laba masa yang akan datang.

Laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan perusahaan tersebut pada umumnya adalah memperoleh laba.  Akan tetapi laba yang besar belum tentu memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional yang didukung oleh adanya sumber daya. Menurut Kuswandi (2005:3) Laba adalah penjualan dikurangi dengan biaya, semakin tinggi penjualan maka laba semakin tinggi, dengan asumsi biaya tidak berubah. Cara lain untuk meningkatkan laba adalah dengan menurunkan biaya walaupun hasil penjualannya tetap.

Laba pada umumnya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan sehingga laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba dimasa mendatang. Laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya prediksi perubahan laba. Perubahan laba merupakan  kenaikan atau penurunan laba per tahun. Perubahan laba yang tinggi, sehingga tingkat pembagian deviden perusahaan tinggi pula. Maka dari itu, perubahan laba akan mempengaruhi investasi para investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Hal ini dikarenakan investor mengharapkan dana yang di investasikan kedalam perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian tinggi.

Net Interest Margin (NIM) yang mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih dan BOPO yang mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan laba dimaksudkan untuk menguji apakah Net Interest Margin (NIM) dan BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai naik turunnya (fluktuasi) posisi keuangannya.

Rasio profitabilitas (efisiensi dan kinerja keseluruhan)  yaitu rasio untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan aktiva, kewajiban dan kekayaan (Lyn M. Fraser) dalam (Sugiono dan Untung 2008:61) . Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas yang diproksikan dengan NIM & BOPO sebagai faktor yang mampu mempengaruhi perubahan laba.

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas  apakah NIM dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

 

  • Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh NIM (Net Interest  Margin), dan BOPO (rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional), terhadap perubahan Laba.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sehubungan dengan pengaruh rasio profitabilas terhadap Laba perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
  2. Memberi tambahan bahan pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Sebab, tingkat profitabilitas dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan investasi kerena keduanya mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan pada perusahaan tersebut.
  3. Aspek profitabilitas dapat digunakan sebagai alat ukur terhadap efektifitas dan efisiensi pengguanaan semua sumber daya yang ada dalam proses operasional perusahaan.
  4. Bahan referensi bagi masyarakat pada umumnya yang dapat digunakan sebagai sumber informasi maupun untuk melanjutkan penelitian ini.

 

  • Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini, yiatu:

1.Hanya menggunakan dua variabel yang digunakan, yaitu NIM daan BOPO

2.Pemilihan sampel yang hanya pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.Periode pada penelitian ini selama 5 tahun, yaitu daritahun 2008-2011

  • Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB I      : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II    : Telaah Pustaka

Telaah pustaka berisi landasan teori dan bahasan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis. Dalam bab ini juga dikemukakan kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III   : Metode Penelitian

Bab ini berisi deskripsi bagaimana penelitian akan dilaksanakan secara operasional. Beberapa hal yang dijelaskan dalam bab ini adalah sebagai beriku: variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang akan digunakan.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

  • Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Laba

Laba merupakan selisih positif antara pendapatan dalam suatu periode dan biayayang dikeluarkan untuk mendatangkan laba.Ghozali dan Chariri (2007) mengungkapkan pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya.Menurut Riahi dan Belkaoui (2001) beberapa sifat dari laba akuntansi adalah sebagai berikut:

  1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan.
  2. Laba akuntansi didasarkan pada periode postulat dan merujuk pada kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
  3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue dan memerlukan definisi, pengukuran, dan pengakuan revenue.
  4. Laba akuntansi meminta pengukuran biaya (expenses) dalam hal kos historis bagi perusahaan, merupakan ketaatan yang kuat pada prinsip kos.
  5. Laba akuntansi meminta bahwa revenue realisasian pada suatu periode dikaitkan dengan kos relevan yang layak atau sesuai. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada prinsip penandingan.

Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorPerusahaanan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Takarini dan Ekawati, 2003).

2.2 Perubahan Laba

Laba merupakan perbedaan pendapatan yang direalisasi, transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Chariri dan Ghozali 2001). Menurut Harahap (2001), laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk  mendapatkan penghasilan itu. Menurut Muljono (1999) laba merupakan selisih antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Dalam akuntansi, selisih tersebut memiliki dua tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengakuan pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengakuan biaya. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya, dilakukan dalam laporan laba rugi. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting, dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada gambaran meningkatnya atau menurunnya modal bersih. Informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba dimasa mendatang (Ediningsih, 2004).

Investor merupakan salah satu pemakai eksternal utama laporan keuangan. Para investor dalam menilai perusahaan perPerusahaanan tidak hanya melihat laba yang dihasilkan dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun. Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba pertahun.

Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak. Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis (Zainuddin dan Hartono, 1999)

Untuk mengetahui perubahan laba yang terjadi pada perusahaan akan digunakan rumus sebagai berikut: (Zainuddin dan Jogiyanto, 1999)

Dimana:

∆Yn     = perubahan laba tahun ke-n

Y         = laba sebelum pajak

n          = tahun ke-n

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan prediksi perubahan laba menurut Harianto dan Sudomo (2001) sebagai berikut:

  1. Periode waktu, adalah pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi yang dicapai. Semakin pendek interval waktu, akan semakin akurat ramalan tersebut.
  2. Besaran perusahaan, hal ini disebabkan besaran perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda-beda. Skala ekonomi yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubungan dengan itu, skala ekonomi yang tinggi menyebabkan biaya informasi untuk membuat ramalan menjadi turun, sehingga perusahaan yang mempunyai skala ekonomi yang tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena dimungkinkan mempunyai data dan informasi yang lengkap. Perusahaan yang besar mempunyai kemampuan tinggi untuk menjamin prospek bisnis dimasa yang akan datang, jumlah aset (sumber daya) yang besar bisa membuat manajemen dan semua komponen dalam perusahaan percaya diri dan bekerja lebih giat untuk mencapai laba yang diprediksikan. Kemudian besarnya modal yang dimiliki perusahaan juga dapat menentukan kelengkapan dan ketepatan informasi yang diperlukan untuk peramalan.
  3. Umur perusahaan, manajemen perusahaan yang relatif muda diperkirakan kurang berpengalaman sehingga tidak cukup mampu menentukan ketepatan ramalan perubahan laba.
  4. Kredibilitas penjamin emisi, penjamin emisi mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek melalui pasar modal. Dengan demikian integritas penjamin emisi mempunyai hubungan positif dengan ketepatan informasi ramalan laba di dalam protestus. Penjamin emisi akan berhati-hati untuk menjaga kredibilitasnya karena penjamin emisi ingin memberikan hasil yang maksimal kepada para pemakai.
  5. Integritas auditor, faktor ini mempunyai dampak signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk ramalan perubahan laba. Oleh karena itu auditor harus menjamin bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan.
  6. Tingkat leverage, salah satu kewajiban manajer adalah mengatur risiko. Jadi manajer melakukan apa saja untuk mengurangi risiko. Tingkat leverage merupakan salah satu hal yang mencerminkan risiko. Helfert (1997), menggunakan rasio-rasio hutang terhadap kapitalisasi (investasi modal), hutang terhadap aktiva, hutang terhadap ekuitas untuk mengukur risiko pemberi pinjaman dalam hubungannya dengan tingkat aktiva yang menjadi jaminan. Risiko tingkat leverage dapat tercermin dari likuiditas yang dimiliki. Jadi manajer memperhatikan aspek ini dalam melakukan peramalan laba.
  7. Premium saham, apabila ramalan perubahan laba terlalu pesimistis, investor akan membuat harga saham tinggi sehingga premiumnya menjadi besar. Sebaliknya jika ramalan harga saham optimistis, investor akan membuat harga saham rendah sehingga premiumnya kecil.

2.3 Analisis Rasio Keuangan

Analsis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif atau absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000).

Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan analisisnya. Brigham dan Daves (2001) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitablitas. Weygandt et. al (1996) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan kedalam tiga macam rasio likuiditas, profitabilitas dan solvency. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Riyanto, 2008).

Rasio keuangan adalah ukuran tingkat atau perbandingan antara dua atau lebih variabel keuangan. Menurut Riyanto (2008), rasio keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam arimathical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data. Apabila dihubungkan dengan masalah keuangan maka data tersebut adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos yang lainnya atau jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba rugi atau sebaliknya, maka yang timbul adalah rasio keuangan.

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Kuswandi,2006). Setiap jenis rasio keuangan mempunyai kegunaan untuk membuat analisis yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang yang menggunakan dan tujuan dari penggunaannya. PerPerusahaanan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Analisis rasio keuangan banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan.

Analisa rasio keuangan dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Apabila dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan lebih kecil dibanding dana yang diserahkan para kreditur maka berarti perusahaan sangat tergantung pada para kreditur sehingga kreditur mempunyai peranan yang lebih besar untuk mengendalikan perusahaan. Dalam perPerusahaanan, rasio solvabilitas biasa disebut Perusahaan Capital. Fungsi dari Perusahaan capital adalah : (1) Sebagai ukuran kemampuan Perusahaan untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, (2) Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak terpakai dan lain-lain, (3) Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaaan Perusahaan atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas rendah berarti perusahaan tersebut mempunyai resiko kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot dan juga mempunyai kesempatan memperoleh laba yang rendah ketika ekonomi melonjak dengan baik, begitu pula sebaliknya (Muljono, 1999).

2.2.1 Net Interest Margin (NIM)

NIM menunjukkan kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja Perusahaan dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional Perusahaan sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM suatu Perusahaan sehat bila memiliki NIM diatas 2% (Muljono,1999). Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh Perusahaan kepada masingmasing sumber dana Perusahaan yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan akan menentukan berapa persen Perusahaan harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan bersih Perusahaan. Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat menentukan besarnya NIM. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus ( SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) :

2.2.2 Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi Perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Aktivitas utama Perusahaan seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien suatu Perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. Perhitungan rasio BOPO menurut SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :

2.3 Penelitian Terdahulu

  1. Suprihatmi sw,(2006)Pengaruh rasio keuangan terhadap kemampuan Memprediksi perubahan laba pada perusahaanperusahaan Manufaktur yang terdaftar Di pt bursa efek jakarta yang hasilnya menyatakan bahwa Dari hasil Uji t diperoleh hasil bahwa Gross Profit Margin, Inventory Turnover, Return On Investment, dan Return On Equity mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.
  2. Danny oktanto, muhammad nuryatno(2014) pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei) tahun 2008 2011 Yang hasilnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara inventory turnover terhadap perubahan laba perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnawati (2005) dan SW Suprihatmi (2006) yang menyatakan bahwa inventory turnover berpengaruh signifikan dan positif sebagai prediktor perubahan laba. Akan tetapi, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2011) yang menyatakan bahwa inventory turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara serentak seluruh variabel independen yaitu quick ratio, debt to equity ratio, total asset turnover dan inventory turnover berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba perusahaan.

  1. Renny syafitri1, nelmida2, rika desiyanti2,(2013) Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba Pada perusahaan rokok yang go public di bursa efek Indonesia tahun 2000 2012 yang hasilnya menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba Sedangkan current ratio (CR), total asset turnover (TAT), inventory turnover (IT), return on assets (ROA) dan debt to assets ratio (DAR) Tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Laba

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh NIM terhadap perubahan laba

NIM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen Perusahaan dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM diperoleh dari rasio antara pendapatan bunga Perusahaan (pendapatan bunga kredit minus biaya bunga simpanan) terhadap outstanding kredit. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif, sehingga semakin efektif Perusahaan dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk kredit. Dengan meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba kepada Perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar NIM suatu Perusahaan, maka semakin besar pula profitabilitas Perusahaan tersebut, sehingga NIM berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Pengaruh NIM terhadap perubahan laba yang diteliti oleh Bahtiar (2003) menunjukan NIM berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Oleh karena itu dapat diajukan hipotesis 2 sebagai berikut :

H1: NIM berpengaruh positif terhadap Perubahan laba

2.3.2 Pengaruh BOPO terhadap perubahan laba

BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi (Dahlan, 1995). Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitasnya, sedangkan pendapatan operasi adalah segala bentuk pendapatan yang diperoleh dari aktivitas Perusahaan. Rasio BOPO menunjukan efisiensi dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dalam masyarakat diperlukan biaya selain biaya bunga. Dapat ditarik kesimpulan semakin kecil BOPO menunjukkan tingkat efisiensi Perusahaan dalam mengelola kegiatannya yang akan meningkatkan laba, sehingga BOPO berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Pengaruh BOPO terhadap perubahan Laba dikemukakan Bahtiar (2003) dimana BOPO menunjukan pengaruh yang negatif. Oleh karena itu dapat dirumuskan hipotesis 5 sebagai berikut :

H2: BOPO berpengaruh negatif terhadap Perubahan laba

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan hipothesis diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Keterangan:

NIM           : Net Interest Margin

BOPO        : Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

BAB III

METODE PENELITIAN

  • Metode Pengumpulan Data

Untuk keperluan penelitian ini, kegiatan pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu:

  1. Setudi Lapangan (Fiel Research)

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder, dimana data tersebut diperoleh dari media internet.

  1. Studi kepustakaan (Library Research)

Data dan rumusan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini bersumber dari beberapa buku paket untuk kuliah. Selain itu penulis juga mendapatkan beberapa sumber data yang berasal dari refrensi penelitian-penelitian sebelumnya.

  1. Web Searching

Yaitu usaha penulis untuk mengumpulkan artikel-artikel, jurnal, dokumen lain-lain yang ada hubungannya dengan materi yang ada hubungannya dengan penulisan ilmiah ini di internet.

                                                                      

  • Alat Analisis yang Digunakan
  • Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

        3.1.1. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variable independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.

  1. Variabel Bebas (Independen Variable)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Profitabilitas (NIM dan BOPO)

  1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perubahan Laba perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.1.2 Definisi Oprasional

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasaan dari masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Indikator-indikator variabel dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:

  1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain:

  1. Net Intrest Margin

Menurut Hariyanti (2010:54) Mengatakan bahwa Nim merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan Perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja Perusahaan dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional Perusahaan sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM suatu Perusahaan sehat bila memiliki NIM diatas 2% Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh Perusahaan kepada masingmasing sumber dana Perusahaan yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan akan menentukan berapa persen Perusahaan harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan bersih Perusahaan. Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat menentukan besarnya NIM. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus ( SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) :

2.1.5.5 Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Hariyanti (2010:54) Mengatakan bahwa Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi Perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Aktivitas utama Perusahaan seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien suatu Perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. Perhitungan rasio BOPO menurut SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :

  1. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2       Populasi Penelitian

Menurut Siregar (2013 : 56), populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:185), dalam Aris (2012:20), populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, subyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik dari kesimpulan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa populasi merupakan sekelompok benda atau orang peneltian yang memiliki kualitas dan karakter tertentu yang berpeluang untuk di jadikan sasaran penelitian.

Dengan demikian data populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 yaitu  sebanyak 131 perusahaan.

 

Tabel 3.1

Daftar Populasi

NO SEKTOR INDUSTRI NAMA PERUSAHAAN KODE
1 Dasar &kimia

(semen)

Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
2 Holcim Indonesia Tbk SMCB
3 Semen Gresik Tbk SMGR
4 Keramik, porselen & kaca Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA
6 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI
7 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS
8 Mulia Industrindo Tbk MLIA
9 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
10 Logam & sejenisnya Alaska Industrindo Tbk ALKA
11 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
12 Beton Jaya Manunggal Tbk BTON
13 Citra Turbindo Tbk CTBN
14 (Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST
15 Indal Aluminium Industry Tbk INAI
16 Itamaraya Tbk ITMA
17 (Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk JKSW
18 Jaya Pari Steel Tbk JPRS
19 Krakatau Steel Tbk KRAS
20 Lion Metal Works Tbk LION
21 Lionmesh Prima Tbk LMSH
22 Hanson International Tbk MYRX
23 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
24 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO
25 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS
26 Kimia Barito Pasific Tbk BRPT
27 Barito Pasific Tbk BUDI
28 Duta Pertiwi Nusantara DPNS
29 Ekadharma International Tbk EKAD
30 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
31 Intan Wijaya International Tbk INCI
32 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI
33 Indo Acitama Tbk SRSN
34 Chandra Asri Petrochemical TPIA
35 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC
36 Plastik & kemasan Alam Karya Unggul Tbk AKKU
37 Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI
38 Asiaplast Industries Tbk APLI
39 Berlina Tbk BRNA
40 Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI

Sumber : idx.com (2013)

3.3       Sampel penelitian

Menurut Siregar (2013 : 56), sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk memenuhi sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Didalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.Menurut Siregar (2013 : 60), teknik purposive sampling yaitu metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria – kriteria tertentu.

Beberapa pertimbangan atau kriteria yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

  1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
  2. Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan periode 2008-2012 yang telah diaudit.
  3. Perusahaan yang diteliti harus memiliki pertumbuhan laba positif selama periode penelitian.

Tabel 3.2

Daftar Sampel

No Kode Nama Perusahaan Sektor Industri
1. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk Basic Industry and Chemical
2. SMGR Semen Gresik Tbk Basic Industry and Chemical
3. ARNA Arwana Citra Mulia Tbk Basic Industry and Chemical
4. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk Basic Industry and Chemical
5. MAIN Malindo Feedmill Tbk Basic Industry and Chemical
6. ASII Astra International Tbk Miscellaneous Industry
7. INDS Indospring Tbk Miscellaneous Industry
8. NIPS Nipress Tbk Miscellaneous Industry
9. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Consumer Goods Industry
10. DLTA Delta Djakarta Tbk Consumer Goods Industry

Sumber : idx.com (2013)

3.4       Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

  1. Teknik Observasi

Mengumpulkan laporan keuangan guna data dalam penelitian melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu http://www.idx.co.id .

  1. Teknik pustaka

membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal, atau skripsi-skripsi penelitian yang berhubungann dengan NIM dan BOPO dengan penggunaan analisis rasio keuangan umtuk referensi dalam melakukan penelitian.

3.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah teknik regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh NIM dan BOPO terhadap variabel dependen yaitu harga saham. Model regresi berganda adalah teknik analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Dalam penggunaan persamaan regresi terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: uji normalitas, uji multikolenearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar tersebut maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis.

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang diperoleh dari metode OLS merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator / BLUE) (Saepudin,dkk,2006). Kondisi akan terjadi apabila memenuhi beberapa asumsi klasik seperti normalitas, tidak ada multikolonearitas yang sempurna antar variabel bebas, tidak ada autokorelasi dan heterokedastisitas.

3.5.1.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang ada terdistribusi secara normal/tidak. pengujian ini diakukan dengan menggunakan analisis grafik histogram dan normal plot. Pada analisis histogram bila grafik normal plot menunjukkan data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda memenuhi asumsi normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikasi untuk variabel yang dianalisis memiliki nilai signifikansi (P-Value) lebih besar dari 0,05 (5%). Analisis Statistik, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov- Smirnov test (K-S). uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = Data residual terdistribusi normal

Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

  1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
  2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

3.5.1.2 Uji Multikolonearitas

Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Saepudin,dkk,2006) Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolonearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variable bebas, tingkat signifikasi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan probabilitas akan menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar (Saepudin,dkk,2006) Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

  1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
  2. Menganalisis matrik korelasi antar variabel bebas. jika ada korelasi yang cukup tinggi, maka di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinearitas.
  3. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Infkation Factor). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, maka menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai Cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

 

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakan dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengematan ke pengamatan lain.

 

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastiditas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokoelasi keadaan dimana variabel gangguan pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Cara yang digunakan untuk mendiagnosis adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin- Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Imam Ghozali,

2009) adalah:

  1. Bila DW terletak antara batas atas (Upper bound/du) dan 4-du, maka tidak ada autokorelasi.
  2. Bila DW lebih rendah dari batas bawah (Lower bound/dl) maka ada autokorelasi positif.
  3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl), maka ada autokorelasi negatif.
  4. Bila nilai DW terletak antara (4-du) dan antara (dl-du) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

 

Tabel 3.3

Tabel Autokorelasi

Jenis Autokorelasi Tingkat Autokorelasi
Autokorelasi negative (4-DW.L) < DW <4
Tidak ada kesimpulan (4-DW.U) < DW < (4-DW.L)
Tidak ada Autokorelasi -2 < DW < 2
Tidak ada kesimpulan DW.L < DW < DW.U
Autokorelasi positif 0 < DW < DW.L

 

3.5.2 Pengujian Hipotesis

3.5.2.1 Analisis Regresi

Penggunaan data sekunder yang bersifat kuantitatif dalam penelitian ini mengarahkan pada metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi berganda atau multiple regression karena terdapat lebih dari satu variabel independen. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi tersebut ordinary least squares (kuadrat terkecil biasa). Inti dari metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Saepudin,dkk,2006) Dalam persamaan garis regresi, yang bertindak sebagai variabel dependen adalah harga saham, sedangkan variabel independen diwakili oleh NIM (Net Interest  Margin), dan BOPO (rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional). Alat analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh dari gabungan variabel- NIM dan BOPO Persamaan regresi berganda tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1NIM+ b2BOPO + e

Dimana:

Y = Harga saham perusahaan

NIM            = NIM perusahaan

BOPO         = BOPO perusahaan

a = Koefisien konstanta

b1,2,= Koefisien regresi

e = Variabel gangguan/error

3.5.2.2 Menguji Goodness of Fit Model

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan goodness of fitnya. Secara statistik, dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya. Perhitungan statistik disebut signifikansi secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima.

 

3.5.2.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variable variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun tahun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Perhitungan koefisien determinasi adalah sebagai berikut: R2=reg sum of squeres/total sum of sequere. Dari rumusan diatas akan diketahui seberapa besar variasi variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya (1-R2) variasi variabel dependennya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

3.5.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistic F)

Pengujian secara simultan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2009): Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha)

Ho : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menetapkan kriteria pengujian sebagai berikut: Tolak Ho jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% Terima Ho jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%.

3.5.2.5 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variable independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis: H0 : β1<0 atau β1>0 artinya ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus:

thitung=

Dimana:

β1 = Koefisien korelasi

Se(β1) = Standar error keofisien regresi

Kriteria pengujian:

  1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila thitung < ttabel, artinya variable independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
  2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila thitung > ttabel, artinya variable independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Alternatif lain untuk melihat pengaruh secara parsial adalah melihat nilai signifikansinya, apabila nilai signifikansi yang terbentuk dibawah 5% maka terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Sebaliknya bila signifikansi yang terbentuk diatas 5% maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan variable independen secara parsial terhadap variabel dependen.

3.5.4.1 Uji R Square ()

Uji R Square dilakukan dengan SPSS 17.0 guna mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependent.

Daftar Pustaka

Haryani, I. (2010). Restrukturisasi & Kredit Macet. Jakarta: Gramedia.

Kuswadi. (2006). Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: Gramedia.

Oktanto, D. (2014). Pengaruh rasio keuangan terhadapperubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei) tahun 2008-2011.

Renny Syafitri1, N. R. (2013). Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba Pada perusahaan rokok yang go public di bursa efek Indonesia tahun 2000 2012.

Saepudin, A. d. (2006). Statistik Dasar. Jakarta : Grasindo.

sw, S. (2006). Pengaruh rasio keuangan terhadap kemampuan Memprediksi perubahan laba pada perusahaanperusahaan Manufaktur yang terdaftar Di pt bursa efek jakarta .